Dialong dua monolog


Amarah terkadang membutakan segalanya, tanpa memandang usia dan pribadi. Kita sering terjebak dalam emosi yang kita ciptakan sendiri, bertambah tajam jika emosi melibatkan dua kepala yang sama kerasnya.

Dialog DUA Monolog

Kau bilang, kau tak kumengerti
Kujawab, Bukankah kau yang begitu
Kau katakan, Aku tak selalu ada untukmu
Ku meradang, Kau yang ntah dimana

Kau merasa, Aku yang penuntut
Ku anggap, aaaahhh kau saja yang tak terima
Kau berharap, Aku seperti khayalanmu
Ku pastikan, mana mungkin !!

Ku berperan terpaksa mengikuti keinginanmu
Lalu mengapa itu membuatmu mudah berteriak padaku ?
Bisa saja kuubah diriku, tapi apa membuatmu berhenti memikirkan yang lain ?

Yang menyamakan kita hanyalah AKU dan AKU....
Kita tidak pernah ada untuk KITA, malah punggungmu dan punggungku yang kian mesra erat memandang setiap malam....

Kau berucap, masih untung kau menjadi pasanganku
Ku tak kalah sengit, kau yang beruntung
Hari-hari kita bagai kamus amarah
Terangkai indah dalam balutan murka

Apakah permintaan sederhana begitu susahnya kau tangkap ?
Atau aku yang tak tahu diri mencoba menghentikan "apa lagi yang kau cari".....itu ujarku

Apakah aku tak boleh punya privasi ?
Walau harus kubuat rahasia dibelakang wujudmu....uuuuhhhh kamu selalu ingin tahu !! Itukan aku dari dulu !! Aku memang cinta akan cinta.....terimalah itu !! Itu sanggahanmu...

Duhai kasih sayang....bisakah kau hadir diantara hati yang memanas ini....
Mencairkan sentral yang terlalu kokoh dimiliki keduanya....timbulkan kembali apa yang telah mereka yakini di awal....

"Itu harapan mulia buah hati mereka


written by Dhidi cahyadi - FBWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasih sudah mampir...